Program Studi Logistik Minyak dan Gas merupakan salah satu program studi di PEM Akamigas yang berkaitan dengan pengelolaan logistik dan rantai pasok baik untuk produk maupun material pada industri sektor energi dan sumber daya mineral. Kegiatan belajar di PEM Akamigas tidak saja dilakukan melalui pertemuan antara dosen dan mahasiswa baik itu secara daring maupu luring, namun juga dilakukan melalui berbagai kegiatan praktikum dan seminar.
Oleh karena itu, PEM Akamigas melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) nya, menyelenggarakan webinar dengan mengundang narasumber Arcandra Tahar, Komisaris Utama PT. Perusahaan Gas Negara. Webinar yang dilaksanakan secara daring ini (11/3/2022) mengangkat bertema “Together we are one, together we will realize green logistics Indonesia”.
Harapannya, melalui webinar ini akan memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta mempelajari arah dari logistik perminyakan Indonesia. “Kita juga bisa membentuk dan membangun sebuah inovasi lanjutan, terkait penerapan green logistics bagi mahasiswa PEM Akamigas terutama,” disampaikan oleh Ketua BEM PEM Akamigas, Sinung Bayu Nugroho sesaat sebelum kegiatan dibuka secara resmi oleh Direktur PEM Akamigas, yang diwaliki oleh Wakil Direktur 3, Bambang Yudho Suranta.
Mengawali materinya, Arcandra Tahar menerangkan tentang 5 (lima) pilar menuju net zero emission, “5 pilar ini selalu disarankan untuk dikerjakan baik oleh industri maupun oleh government. Yang pertama adalah akselerasi atau tidak digunakannya lagi batu bara. Yang kedua yang harus dilakukan adalah tidak lagi melakukan deforestation, penggundulan hutan dan lain-lain. Yang ketiga adalah harus mengganti moda transportasi kita ke electric vehicles. Yang keempat adalan encourage investment in renewables. Yang kelima adalah, energi yang sebaiknya digunakan dalam masa transisi adalah gas alam.”
Wakil Menteri ESDM periode Oktober 2016 – Oktober 2019 ini juga menjelaskan bahwa semua yang berkomitmen terhadap net zero emisi ini harus melakukan 5 (lima) hal ini. Namun demikian, dari sisi speed up to switch to electric velicles yang memiliki emisi gas buang yang menaikkan temperatur bumi (terutama CO2 dan Methane). 40% kontribusinya adalah dari sektor transportasi, sektor lainnya adalah pertambangan, oil and gas, termasuk juga pertanian dan peternakan. Sehingga penggunaan dari bahan bakar fosil untuk transortasi harus sebanyak mungkin dikurangi dan diganti dengan electric vehicles.
“40% ini masih ada sub-subnya lagi, sektor transportasi saja ada penerbangan, kapal, dan kendaraan lainnya. Dari situ ada sub yang namakan green logistics. Jadi kita akan membahas tema yang sangat spesifik yaitu green logistics. Harapannya dengan melakukan 5 pilar ini, kenaikan temperature 1 atau 2 degree di bumi ini di abad ini tidak terjadi,” lanjut Arcandra.
Dalam masa trasisi menggunakan renewable energy atau green logistics ini, government juga mengalami dilemma, karena di satu sisi government menginginkan kebutuhan listrik untuk masyarakat bisa terpenuhi. Namun apabila menggunakan renewable energy atau green logistics, biayanya akan lebih mahal, maka bisa jadi pemerintah harus menambah subsidi. Dilema yang kedua adalah menyangkut lingkungan, yang apabila kita memiliki natural resources yang harus dibangun untuk kemakmuran rakyat, namun di sisi lain ada tekanan untuk menjaga lingkungan agar lebih bersih. Kemudian masalah economic and finance juga dilema, apabila kita memiliki kekayaan alam dan ingin pertumbuhan ekonomi lebih bagus, maka kekayaan alam tersebut menjadi penghasil APBN. Namun di sisi lain, apabila seluruh kekayaan alam dioleh untuk penghasil APBN, maka harga energy akan mahal dan juga akan disangkutpautkan dengan masalah lingkungan. (drm)
WhatsApp us