Pengabdian masyarakat sebagai pengejawantahan Tri dharma perguruan tinggi mulai merambah daerah Jawa bagian timur, tepatnya wilayah kabupaten Situbondo. Tim STEM Akamigas telah meneliti DAS Banyuputih yang dinilai memiliki potensi bahaya bagi kesehatan lingkungan maupun makhluk hidup. Seperti kita ketaui DAS Banyuputih yang mengalir dari kawah gunung Ijen melintasi wilayah kecamatan Asembagus, Banyuputih dan Jangkar membawa kandungan asam sulfat.
Inilah pengabdian masyarakat sebagai bentuk kepedulian STEM Akamigas terhadap warga masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan masyarakat. STEM Akamigaspun gencar melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam berbagai bentuk dan tujuan. Salah satu yang dilaksanakan pada hari Kamis (23/11) adalah sosialisasi pemanfaatan sumber daya alam geologi di DAS Banyuputih, gunung Ijen, Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan di pendopo kecamatan Asembagus yang dihadiri oleh para kepala desa dan BPD di kecamatan Asembagus dan Banyuputih. Rombongan STEM Akamigas dipimpin langsung oleh Kepala UPPM, Dr. Pusparatu, MT. Hadir pada kesempatan tersebut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Situbondo, Sugiono, M.Pdi.
Dalam sambutannya, Dr. Puspartu menyampaikan bahwa sosialisasi ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 3 tahun oleh tim STEM Akamigas. Gunung Ijen memiliki kandungan sulfor yang menghasilkan asam sulfat dan mengalir ke sungai yang ternyata memiliki dampak negatif bagi kehidupan disekitarnya. Untuk itu dengan kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman sehingga dapat mengurangi dampak yang ada.
Semenatara itu, Sugiono, M.Pdi sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap air yang mengandung asam sulfat bisa dipisahkan sehingga tidak berpengaruh bagi lingkungan dan kesehatan. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti sebagai produk teknologi yang bermanfaat.
Dalam paparannya, Dr. Achmad Djumarma W, menjelaskan keberadaan gunung Ijen yang meliputi tiga wilayah kabupaten, yaitu Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi. Gunung Ijen purba meletus dan menghasilkan kubah besar dan kaldera seluas 22 x 25 km, dimana disisi utara memeliki lapangan sulfur yang menghasilkan gas belerang. Disampaikan pula dampak adanya air asam kawah Ijen, yaitu teralirkannya air asam tersebut mengikuti DAS Banyupait/Banyuputih sehingga dapat mengganggu kehidupan hewan dan manusia, pertumbuhan persawahan juga terganggu. Disamping menyebabkan pengeroposan gigi dan tulang. Adapun usul penanggulangan yang bisa dilakukan adalah, pemisahan antara air asam (dari kawah Ijen) dan air tawar (dari mata air biasa). Pemisahan ini dapat mnghidupkan potensi geowisata dan pembangunan PLTMH.
Minarto S Raharjo, ST, M.Si dalam paparannya lebih menyoroti pengelolaan DAS Banyuputih yang secara kuantitas berlebih tetapi secara kualitas memprihatinkan. Maka perlu segera dilakukan segregasi sehingga kualitas air menjadi sangat baik untuk dijadikan air baku air bersih dengan pengelolaan yang sederhana. Dapat pula diambil manfaat ion sulfatnya sebagai bahan gypsum.
Sedangkan pemateri terakhir, Ir. Dodid Murdohardono, M.Sc mengupas pemanfaatan aliran anak sungai Banyupait sebagai PLTMH. Kali Sat dan Kali Sengon memiliki debit yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk PLTMH. Adapun kondisi kali Banyupait dengan pH rendah bersifat korosi dan tidak baik untuk penggerak PLTMH. Daya yang dapat dibangkitkan dari debit gabubgab kali Sat dan kali Sengon adalah 5 – 7 MW.
Kegiatan ini tampak menarik terbukti dengan antusiasme warga yang mengikuti secara aktif dengan melontarkan banyak pertanyaan, sehingga diskusi menjadi sangat hidup dan berkembang. Dengan pelaksanaan kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat merasakan peran STEM Akamigas dalam memajukan pendidikan dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Selain itu juga sebagai wadah untuk ikut berperan aktif dalam mengabdikan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki untuk masyarakat yang membutuhkan. (Har)
WhatsApp us