PEM Akamigas memiliki berbagai sarana dan fasilitas yang wajib hukumnya untuk dilakukan perawatan secara berkala, seperti gedung, kendaraan, taman, jalan, peralatan laboratorium, jaringan internet, hingga pipa hydrant. Khusus untuk perawatan pipa hydrant ini dijelaskan oleh dosen Program Studi Teknik Mesin Kilang (TMK) Yohanes Gunawan merupakan hal yang sangat penting, “Perawatan pipa hydrant itu sangat penting dilakukan karena akan mencegah kebocoran dan menjaga tekanan air tetap optimal saat digunakan. Metodenya secara umum adalah pembersihan internal pipa, pengecekan katup dan sambungan, pengecatan ulang untuk mencegah korosi, serta metode ultrasonic atau radiographic testing. Jika ditemukan indikasi kebocoran atau penurunan ketebalan yang signifikan, pipa harus segera diperbaiki atau diganti agar tetap sesuai dengan standar keselamatan.”
Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Kilang (TMK) di Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas ditugaskan untuk melakukan praktikum inspeksi pipa hydrant di lingkungan PEM Akamigas (10/10/2024). Salah satunya adalah Hilmi Rizky Putra bersama timnya yang terdiri dari M. Zaky Falah, Mhd. Choirul Ridho Chandra, Angga Charismawan Dyaksa, Rangga Aditya Aulia Rahman, M. Daffa Rahfi, Catur Mardyan Wibosono, M. Alwi Mubarok, dan Ridho Syauki Futaki.
Hilmi bercerita bahwa, “Saya dan tim melakukan pengukuran keliling pipa hydrant yang ada di lingkungan kampus. Mulai dari rumah pompa disebelah pos satpam kampus hingga pipa hydrant di dekat tempat praktik K3. Kami harus memastikan apakah pipa hydrant masih sesuai standar, serta mencari kemungkinan adanya anomali seperti korosi, kebocoran, atau perubahan dimensi akibat faktor lingkungan. Pipa hydrant merupakan salah satu sistem keamanan kebakaran yang sangat penting, sehingga perlu dilakukan pengecekan berkala untuk memastikan keandalannya.”
“Dalam proses pengukuran, kami menggunakan tape measure dan caliper untuk mengetahui diameter luar pipa, serta ultrasonic thickness gauge untuk mengukur ketebalan pipa. Selain itu, kami juga mencatat panjang pipa hydrant yang ada di berbagai titik kampus. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan spesifikasi pipa standar yang digunakan untuk sistem hydrant guna mengetahui apakah terjadi penurunan kualitas akibat korosi atau faktor lainnya,” jelas Hilmi.
Bukan itu saja, Hilmi dan tim juga melakukan penghitungan umur pipa untuk menentukan kapan pipa perlu diganti atau dilakukan perawatan untuk memastikan sistem hydrant tetap berfungsi dengan baik dalam kondisi darurat. “Praktikum ini memberikanpengalaman langsung bagi kami dalam pengukuran, evaluasi, dan analisis pipa hydrant, yang sangat bermanfaat dalam dunia industri. Kami menyadari bahwa pemeliharaan pipa bukan hanya sebatas mengganti ketika sudah rusak, tetapi juga membutuhkan pemantauan berkala agar tetap berfungsi dengan optimal. Kegiatan ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga, terutama bagi kami yang akan terjun ke industri energi dan migas, di mana sistem perpipaan memiliki peran yang sangat vital dalam operasional industri,” pungkasnya. (Hilmi Rizky Putra, drm, https://akamigas.ac.id/)
WhatsApp us