Sidang senat terbuka ini dilaksanakan di Grha Oktana pada hari senin (24/10). Sidang dibuka oleh Ketua STEM Akamigas, Prof. Dr. RY Perry Burhan, M.Sc. Selain dihadiri oleh seluruh anggota senat, sidang juga dihadiri oleh tamu undangan dari lingkungan Kementerian ESDM, Muspida Blora dan Bojonegoro, KKKS, Ilugas, Muspika Cepu dan seluruh mahasiswa STEM Akamigas. Agenda sidang kali ini adalah dalam rangka Dies Natalis STEM Akamigas yang telah genap berusia 50 tahun, sejak disahkan berdasarkan Keputusan Dirjen Migas No 91/DD/Migas/1966. Dies Natalis kali ini mengusung tema “50 Tahun STEM Akamigas Membentuk Generasi Cerdas melalui Pendidikan Vokasi.”
Dalam kesempatan ini juga dibuka tirai yang menyelubungi prasasti peresmian gedung Grha Oktana. Prasati memang sudah ditandatangani oleh Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar. Pembukaan selubung dilakukan oleh Kepala BPSDM ESDM yang didampingi oleh Ketua STEM Akamigas. Ketua STEM Akamigas juga didaulat memasang giring-giring sebagai tanda bahwa usia STEM Akamigas sudah 50 tahun.
Dalam sambutannya, Kepala BPSDM ESDM, Dr. Ir. Djadjang Sukarna tertarik dengan makna dalam tema kali ini. Dimana inti dari tema tersebut adalah bahwa pendidikan yang dilaksanakan adalah untuk penguasaan pengetahuan dan ketrampilan guna membentuk insan civitas akademika yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dimana proses pendidikan ini didukung dengan 7 (tujuh) program prioritas yang meliputi pemantapan program vokasi, pemberdayaan laboratorium, peningkatan jumlah dosen, pemberian beasiswa, pengembangan NSPK, optimalisasi teknik informasi dan komunikasi dan peningkatan kerjasama.
Sedangkan Dr. Ibrahim Hasyim selaku keynote speaker lebih menyoroti peran Pertamina yang didirong lebih berperan dalam usaha migas nasional. Hal ini karena Pertamina merupakan NOC (National Oil Company) yang harus dapat menggantikan peran IOC (International Oil Company) dalam mendukung program kedaulatan energi nasional. Hal yang juga disorot adalah usaha pemerintah untuk lebih mengedepankan pemanfaatan pemakaian gas sebagai energi alternatif pengganti minyak yang produksinya terus merosot. Produksi gas nasional mencapai 2,1 juta barrel/hari setara minyak merupkan pasokan yang lebih dari cukup. Apalagi ditopang dengan cadangan yang masih berlimpah. Saat ini harga gas memang masih mahal. Tapi pemerintah bertekad untuk menurunkan harga dikisaran USD 6/MMbtu. Harga gas yang mahal karena harus melalui rantai distribusi yang panjang. “Efisiensi tata kelola saja tidak cukup, pemerintah harus siap mengurangi penerimaan negara dan memberikan subsidi,” demikian ujarnya. Itu adalah solusi jangka pendek. Kedepan semua industri harus mendekat ke lokasi produksi. Hal ini bisa memutus mata rantai distribusi yang panjang.
“Siapa yang harus bertanggung jawab, yang tentu tidak cukup pemerintah, tidak juga pengusaha. Semua stakeholder harus berusaha, salah satunya adalah adik-adik yang sedang menempuh pendidikan di Cepu ini,” pungkasnya disertai tepuk riuh para undangan.
WhatsApp us